spot_img

Sekretaris KIPAN bertindak sebagai Pembina Upacara

0
Sekretaris KIPAN Propinsi Aceh, Akmaluddin, SE. menjadi Pembina Upacara pada kegiatan uparan hari Senin, di SMP Mishrul HUDA Malikussaleh, Banda Aceh, 4/9/2023.



Banda Aceh, Sekretaris Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) Provinsi Aceh, Akmaluddin, SE menjadi Pembina upacara di SMP Mishrul Huda Malikussaleh Banda Aceh. Senin adalah hari dimana setiap instansi melakukan upacara penaikan bendera merah putih begitu juga di SMP Mishrul Huda Malikussaleh. Pada kesempatan ini, Akmaluddin, SE mengajak kepada Seluruh siswa/I SMP Mishrul Huda Malikussaleh untuk selalu disiplin dalam lingkungan sekolah, karena dengan disiplin kita dapat membangun jiwa patriotik untuk kemandirian menuju pemuda yang maju dikemudian hari.


Sekolah adalah tempat pembentukan karakter yang nyata untuk kemajuan anak bangsa maka dari itu dibutuhkan pembakalan yang kompeten untuk menjadi atau melahirkan kader pemimpin di masa depan. Di lingkungan sekolah terdapat kegiatan ekstrakulikuler, seperti Pramuka yang bertujuan membentuk karakter dan jiwa berwirarusaha untuk menumbuhkan kemandirian. SMP Mishrul Huda Malikussaleh berada di lingkungan komplek Dayah Mishrul Huda Malikussaleh dibawah Pimpinan Tgk Rusli Daud, M. Ag atau lebih akrab dengan panggilan Waled Rusli.


Waled menyebutkan bahwa SMP Mishrul Huda Malikussaleh merupakan sekolah berbasis dayah. SMP Mishrul Huda menjadi salah satu sekolah pilihan terbaik tingkat SMP yang ada di kecamatan Jaya Baru yang berbasi dayah atau pondok pesantren, karena disini siswa/santri belajar, dididik dan dibimbing mengenal diri dan Sang Pencipta.


SMP Dayah Mishrul Huda Malikussaleh menyediakan fasilitas gratis setiap tahunnya kepada siswa/santri yatim piatu sampai selesai pendidikan SMP, dan tentu kami juga membuka peluang bagi masyarakat yang ingin menjadi orang tua asuh untuk beramal dengan membina anak yatim/piatu dalam menuntut Ilmu, sambung Waled.

Dayah Mishrul Huda Malikussaleh Terima Santri Baru

0

Banda Aceh | Setiap awal tahun ajaran, Dayah Mishrul Huda Malikussaleh yang berlokasi di Lamjamee, Kec. Jaya Baru, Banda Aceh, menerima santri baru (lulusan SD/MI). Untuk tahun ajaran 2023-2024, pembukaan pendaftaran santri baru secara resmi sudah dimulai pada hari Ahad, 01 Januari – 11 Februari 2023 untuk gelombang pertama. Dayah Mishrul Huda Malikussaleh juga menerima santri pindahan yang berasal dari lembaga pendidikan yang secara substansial memiliki sistem ajar dan kurikulum yang sama dengan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh.

Dayah Mishrul Huda Malikussaleh memiliki Program Pendidikan Sekolah Pertama (SMP) menerima santri baru lulusan SD/MI, dengan proses pendaftaran dan tes seleksi santri baru dapat mendatangi kantor Sekretariat SMP Mishrul Huda Malikussaleh Banda Aceh di Jalan Blang Ciep / Sultan Salahuddin Gampong Lamjamee kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh.

Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh Waled Rusli Daud, S.HI, M.Ag mengajak para orang tua untuk menndidik anak-anaknya di Dayah Mishrul Huda sesuai dengan visi misi dayah yaitu membina serta membentuk ummat manusia yang sesuai dengan ajaran Islam melalui pendidikan dan kegiatan-kegiatan Islami demi mencapai Ridha Allah SWT dan sesuai dengan misi untuk mencerdaskan kehidupan ummat, menyebarkan ilmu pengetahuan keislaman, mengembangkan dakwah islamiyah yang berorientasi amar ma’ruf nahi munkar, mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dan kebudayaan yang islami serta menjalin kerja sama yang baik dan saling menguntungkan dengan lembaga lain.

Dengan moto: “memelihara konsep lama yang baik dan mengambil konsep baru yang lebih baik” Waled Rusli juga berharap SMP Misrul Huda menjadi salah satu pilihan tujuan pendidikan menangah pertama bagi anak-anak tamatan SD/MI sederajat, karena mendidik anak itu lebih baik daripada sedekah satu sha’ setiap hari (lebih kurang 3 kilo beras), sesuai dengan hadis Nabi SAW.: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menyedekahkan (setiap hari) satu sha’.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Jabir bin Samurah r.a.

Hal-hal lain yang belum jelas dapat ditanyakan langsung ke Panitia Penerimaan Santri Baru Dayah Mishrul Huda Malikussaleh program pendidikan SMP, baik secara langsung di Kantor Penerimaan Santri Baru maupun melalui nomor kontak-kontak yang tersedia berikut ini, +62-813-6014-90955 , +62-823-6704-1156 (Chat via WhatsApp), khusus untuk konfirmasi pembayaran, silakan menghubungi: +62-822-7270-8858 (Chat via WhatsApp), +62-812-6032-0005 (Chat via WhatsApp).

PWNU Aceh Bentuk Panitia Konferwil XIV

0

Lamcot, NUAceh.com | Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh resmi membentuk panitia pelaksana Konferensi Wilayah XIV (Konferwil ) di Kantor PWNU Aceh, Ahad, 16 Februari 2020, Bayu Lamcot, Aceh Besar.

Tgk. Asnawi Amin menjadi Ketua Steering Committe (SC) dan Dr. Iskandar Zulkarnain ditunjuk menjadi Ketua Organizing Committe (OC). Konferwil ini direncanakan akan berlangsung pada April mendatang di Banda Aceh.

Konferwil merupakan agenda 5 tahunan PWNU yang salah satu agenda utamanya pemilihan Rais Syuriah dan Ketua Tanfiziah PWNU Aceh. Dalam rangkaian kegiatan konferwil kali ini juga dilaksanakan Seminar Nasional dan Bahsul Masail.

Konferwil ini akan diikuti oleh 250 orang peserta yang terdiri dari utusan Pengurus Cabang NU se-Aceh, unsur pengurus wilayah, banom dan lembaga-lembaga NU di tingkat wilayah Aceh.

Ketua OC Konferwil PWNU Aceh, Iskandar Zulkarnain menyebutkan, konferwil ini merupakan ajang silaturahmi dan konsolidasi seluruh warga dan kader nahdlyin se Aceh []

ISNU Aceh Gelar Konsolidasi dan Santuni Anak Yatim

0

Banda Aceh  – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Aceh menggelar silaturahmi dan buka puasa bersama dengan pimpinan wilayah serta cabang se-Aceh, Rabu (12/3/2025). Acara yang berlangsung di lantai 4 Gedung Landmark BSI Aceh itu juga dirangkai dengan santunan anak yatim.

Hadir dalam kesempatan itu Wakil Gubernur Aceh yang diwakili Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Zahrol Fajri, Ketua PWNU Aceh Tgk H Faisal Ali serta perwakilan dari BSI Regional 1 Aceh. Turut hadir Wali Kota Banda Aceh yang diwakili Kepala Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, Kakanwil Kemenag Aceh, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh serta jajaran pimpinan ISNU di tingkat wilayah dan cabang.

Wakil Ketua Dewan Penasehat ISNU Aceh, Prof Dr Mujiburrahman dalam sambutannya mewakili Ketua umum PP ISNU Prof Dr Phil Kamaruddn Amin MA menekankan peran strategis ISNU sebagai organisasi intelektual yang berlandaskan nilai spiritual dan moral. Menurutnya, ISNU memiliki kapasitas besar untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Ia mengutip pemikiran Jared Diamond yang menyebutkan bahwa kehancuran suatu peradaban dimulai dari runtuhnya tiga pilar yakni keluarga, pendidikan, serta keteladanan tokoh dan rohaniawan.

Menurut Rektor UIN Ar-Raniry ini, melemahkan tatanan keluarga dapat dilakukan dengan mengikis peran ibu dalam rumah tangga, sehingga mereka lebih sibuk dengan dunia luar dan menyerahkan pengasuhan anak sepenuhnya kepada pihak lain. Sementara itu, pendidikan dapat dirusak dengan mengabaikan peran guru, mengurangi penghargaan terhadap mereka serta membebani mereka dengan tugas administratif yang berlebihan, sehingga mereka tidak dapat sepenuhnya fokus pada tanggung jawab utama sebagai pendidik.

Selain itu, hilangnya keteladanan dari para tokoh dan rohaniawan juga menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Ketika mereka terjebak dalam politik praktis yang hanya berorientasi pada materi dan jabatan, maka tidak ada lagi sosok yang dapat dipercaya dan dijadikan panutan oleh masyarakat.

Mujiburrahman mengingatkan bahwa ISNU harus berperan dalam memperkuat ketiga aspek itu. “Bangunan fisik dapat dibangun kembali, tetapi jika moral, spiritual, dan karakter suatu bangsa telah hancur, maka kebangkitan akan jauh lebih sulit,” ujarnya.

Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, dalam sambutan tertulis mewakili Wakil Gubernur Aceh menyampaikan harapannya agar ISNU Aceh terus bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah.

“ISNU harus mendorong program-program bermanfaat bagi masyarakat seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, serta advokasi kebijakan yang berpihak pada keadilan dan kesejahteraan,” katanya.

Sementara itu, Ketua PWNU Aceh Tgk H Faisal Ali dalam Tausiah Ramadan menegaskan bahwa ISNU harus hadir sebagai garda intelektual dalam merespons berbagai isu yang berkembang di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi syariah.

“ISNU harus berbeda dengan badan otonom NU lainnya. Kajian yang dihasilkan harus dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan,” ujarnya.

Wakil Ketua PW ISNU Aceh Dr Muhammad Amin dalam laporannya menyebutkan bahwa acara ini menjadi momentum konsolidasi organisasi sekaligus wujud kepedulian sosial ISNU.

Selain buka puasa bersama acara juga diisi dengan penyerahan Waqaf Al-Qur’an kepada PC ISNU Kepulauan dan PC ISNU Perbatasan Aceh, seperti Simeulue, Aceh Singkil, dan Subulussalam. ISNU Aceh juga meluncurkan Kaos resmi organisasi serta menyerahkan santunan bagi 50 anak yatim. [ ]

Bupati Pidie Lepas Mahasiswa KPM STIS Nahdlatul Ulama ACEH

0

Sigli – Bupati Pidie, H. Sarjani Abdullah, SH., yang diwakili oleh ND. Asisten I, Hasanuddin, SP., M.Si., melakukan pelepasan mahasiswa Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nandlatul Ulama (STISNU) Aceh di Aula Oproom Kantor Bupati Pidie, Selasa (4/3/2025).

Turut hadir pada acara tersebut, Wakil Ketua II STISNU Aceh, Camat Kecamatan Sakti dan Camat Kecamatan Mutiara.

Dalam sambutannya, Bapak Bupati memesankan kepada para mahasiswa yang akan melakukan Kuliah Pengabdian Masyarakat agar memberikan yang terbaik dengan hati ikhlas sesuai harapan masyarakat.

“Masyarakat selalu melihat bahwa Anda sekalian sebagai manusia yang serba tahu, intelektual, dan terpelajar serta dapat mengerjakan segala hal. Harapan besar masyarakat itu hendaknya tidak dikecewakan,” harap Bupati.

Selaku orang baru atau tamu yang berada di lokasi KPM, Bupati berpesan, “Hormati dan taati adat istiadat yang berlaku di wilayah lokasi KPM.”

Senada dengan Bupati, Ketua STISNU Aceh, Dr. Muhammad Yasir, SHI., MA., yang diwakili oleh Ketua II STISNU Aceh, Dr. Maimun Abdurrahman, Lc., MA., juga memesankan kepada anak didiknya mahasiswa KPM agar menjaga nama baik kampus STISNU Aceh dan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah yang dipimpin oleh Abu H. Faisal Ali, selaku Pembina STISNU Aceh, selama menjalani KPM.

“KPM yang dilaksanakan di Bulan Ramadhan ini agar membawa manfaat bagi masyarakat, dan juga menjadi kesempatan mengabdikan ilmunya yang sudah dipelajari di kampus dan juga di dayah,” pesan Dr. Maimun.

Pada kesempatan serah terima mahasiswa KPM tersebut, pimpinan STISNU Aceh juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Pidie, Camat Mutiara, Nasrul, S.Pd., M.Pd., dan Camat Sakti, Nurmasyitah, S.Ag. yang telah bersedia menerima dengan baik penempatan mahasiswa KPM dari STISNU pada tahun ini.

Dr. Maimun menjelaskan pada tahun ini STISNU Aceh melepaskan sebanyak 75 orang mahasiswa KPM yang terbagi dalam 3 kecamatan. Sebanyak 39 mahasiswa ditempatkan di Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar, yang terbagi dalam 4 gampong. Yaitu Gampong Neusok, Mpee Trieng, Blang Kiree, dan Lam Bluet.

Kemudian 36 mahasiswa di Kabupaten Pidie yang terbagi pada dua kecamatan, yaitu Mutia dengan penempatan pada tiga gampong, Jaman Mesjid, Baro Jaman, dan Paya Tiba. Sementara satu lagi di Kecamatan Sakti juga di tiga gampong, yaitu Lingkok, Leupeum Mesjid, dan Balue Kulu.[]

 

Abu Kuta Krueng, Sosok Ulama Tasawuf Aceh yang Diharapkan Doanya

0

Ulee Glee – Aceh berduka atas kepergian seorang ulama besar Abu Kuta Krueng, atau yang memiliki nama asli Tgk. H. Usman bin Ali.

Ulama kharismatik ini wafat pada Kamis, 13 Februari 2025, di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, setelah menjalani perawatan intensif.

Kepergian Abu Kuta Krueng dalam usia 88 tahun meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh.

Dikenal sebagai sosok penuh kebijaksanaan dan kasih sayang, beliau telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah.

Ribuan santri serta masyarakat yang pernah mendapat bimbingannya merasakan kehilangan yang amat besar.

Abu Kuta Krueng adalah ulama besar Aceh yang dihormati dan diharapkan doanya. Beliau lahir di Kuta Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 1937.

Masyarakat Aceh lebih mengenal beliau dengan sebutan Abu Kuta Krueng daripada nama aslinya Teungku Haji Usman Kuta Krueng. Hal ini merupakan lumrah bagi para ulama, yang biasanya dinisbahkan ke tempat tinggal mereka seperti Abu Tanoh Mirah, Abu Ujong Rimba, Abon Samalanga.

Mengawali masa belajarnya Abu Kuta Krueng mengenyam pendidikan sekolah SRI di Kuta Krueng. Setelah menyelesaikan SRI Abu Kuta Krueng melanjutkan ke jenjang berikutnya Sekolah Menengah Islam atau SMI.

Disebutkan pada kedua sekolah SRI dan SMI Abu Kuta Krueng telah mulai memahami dan mendalami ilmu-ilmu keislaman.

Setelah menyelesaikan dua pendidikan tersebut, Abu Kuta Krueng mulai belajar ke salah satu dayah yang ada di Desa Kuta Krueng kepada Teungku Haji Abdullah Kuta Krueng di Dayah Muta’alimin dalam beberapa tahun, kemudian beliau melanjutkan belajar di Dayah Bustanul Ma’arif kepada Teungku Muhammad Amin yang merupakan keturunan dari Teungku Chik Di Ribee.

Setelah memiliki ilmu memadai, Abu Kuta Krueng melanjutkan kajian tingginya di Dayah MUDI MESRA Samalanga pada tahun 1956 yang saat itu masih dipimpin oleh ulama Samalanga Teungku Haji Hanafiyah Abbas. Setelah Abi Hanafiyah Abbas Dayah MUDI MESRA Samalanga kemudian dipimpin oleh menantunya yang baru pulang belajar dari Dayah Darussalam Labuhan Haji yaitu Teungku Abdul Aziz bin Teungku M. Shaleh yang dikenal dengan sebutan Abon Samalanga.

Terhitung selama delapan tahun Abu Kuta Krueng menetap belajar dan mengajar di Samalanga.

Di antara guru yang mengajar Abu Kuta Krueng di Samalanga selain Abon Samalanga adalah Abu Kasim TB. Sedangkan para ulama seperti Abu Lamkawe, Abu Panton, dan para ulama lainnya adalah murid dari Abu Kuta Krueng.

Abu Kuta Krueng sejak di dayah telah dikenal dengan keshalihan dan kepatuhannya kepada guru. Sehingga berbagai keberkahan yang diperoleh dalam kehidupan beliau merupakan hasil dari keta’zhimannya kepada guru-gurunya.

Setelah menyelesaikan masa pendidikan di Dayah MUDI MESRA Samalanga, maka pulanglah Abu Kuta Krueng ke kampung halamannya, dan membangun sebuah lembaga dayah yang dikenal oleh masyarakat dengan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng yang sampai hari ini telah memiliki banyak lulusan yang telah mengembangkan keilmuan di berbagai tempat.

Selain sebagai ulama yang memimpin dayah, beliau juga sebagai pemimpin masyarakat yang diharapkan doanya, karena keshalihan yang melekat pada dirinya.

Selain itu beliau juga seorang ulama yang dituakan di Aceh, selain Abu Tumin Blang Blahdeh yang lebih tua dari beliau, bahkan di MPU Aceh Abu Kuta Krueng pernah menduduki formasi sebagai majelis syuyukh bersama para ulama lainnya seperti Almarhum Abu Tumin Blang Blahdeh, al Marhum Abon Kota Fajar, Abu Mustafa Habli Meulaboh, Abu Muhammad Amin Keumala dan Abu Paya Pasi.

Sebagai seorang ulama kharismatik, maka setiap nasihat yang disampaikannya kepada masyarakat tentu sangat bermakna dan dinantikan.

Karena nasihat yang berasal dari seorang ulama sufi tentu lebih bermakna dan terasa.

Dalam kesehariannya Abu Kuta Krueng adalah ulama yang lebih banyak diam dan termasuk irit dalam berbicara.

Namun demikian beliau senantiasa mengayomi masyarakat Aceh dengan doa dan petuah-petuah bijaknya yang akan menjadi pelajaran bagi orang yang mendengarkannya.

Beliau dan Abu Tumin merupakan ulama Aceh yang dituakan. Bila Abu Tumin dikenal dengan pandangan keagamaan dan keilmuannya, maka Abu Kuta Krueng dikenal dengan berkah dan doa-doanya yang memberi banyak pelajaran.

Ditulis oleh:
Dr Nurkhalis Mukhtar

Sumber: https://infoaceh.net

Prof. Dr. Tgk. H. Muntasir A. Kadir Kembali Terpilih sebagai Ketua PCNU Bireuen Masa Bakti 2025-2030

0

Bireuen – Konferensi Cabang (Konfercab) IV Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bireuen yang berlangsung di Aula Kampus UNISAI, Sabtu 22 Februari 2025 resmi menetapkan Prof. Dr. Tgk. Muntasir A. Kadir, MA sebagai Ketua PCNU Bireuen untuk masa bakti 2025-2030.

Dalam pemilihan yang berlangsung secara demokratis, Prof. Muntasir kembali mendapatkan amanah untuk memimpin organisasi ini dalam lima tahun ke depan. Dalam sambutannya, sosok yang akrab disapa dengan Ayah Mun, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk kembali memimpin PCNU Bireuen.

“Amanah ini adalah tanggung jawab besar yang harus dijalankan dengan penuh keikhlasan. PCNU Bireuen akan terus berupaya mengembangkan program-program yang mendukung penguatan dakwah, pendidikan, serta kesejahteraan umat,” ujarnya. Dalam kepemimpinannya ke depan, Prof. Dr. Tgk. Muntasir A. Kadir, MA menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan tokoh masyarakat. Hal ini bertujuan agar PCNU Bireuen dapat lebih efektif dalam menjalankan program-program sosial dan keagamaan yang bermanfaat bagi umat.

Selain itu, dalam konferensi ini juga ditetapkan Abuya Dr. Tgk. H. Murtadha Yusuf, MA sebagai Rais Syuriah PCNU Bireuen. Beliau merupakan sosok ulama yang dihormati dan memiliki pengalaman luas dalam kepemimpinan serta pembinaan keumatan. Abuya Dr. Tgk. H. Murtadha Yusuf, MA., menegaskan komitmennya dalam membimbing dan menjaga nilai-nilai keislaman dalam setiap langkah organisasi. Beliau berharap kepengurusan PCNU Bireuen ke depan dapat semakin solid dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Turut serta hadir dalam jajaran kepengurusan , Dr. Tgk. Musbani, MA sebagai Sekretaris  PCNU Bireuen. Dr. Tgk. Musbani, MA selaku Sekjen PCNU Bireuen menyatakan kesiapan dirinya dalam membantu Ketua dan Rais Syuriah dalam menjalankan roda organisasi. Ia menekankan bahwa PCNU Bireuen akan semakin aktif dalam memperkuat pendidikan keislaman serta memberdayakan masyarakat melalui program-program unggulan yang telah dirancang.

Di bawah kepemimpinan yang baru, PCNU Bireuen berkomitmen untuk meningkatkan sinergi dengan berbagai elemen masyarakat serta mengembangkan program yang berorientasi pada penguatan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah. Berbagai agenda strategis telah disiapkan guna memastikan bahwa NU tetap menjadi pilar utama dalam menjaga harmoni sosial dan keagamaan di Kabupaten Bireuen.[]

Aba Asnawi Lamno, Sosok Ulama Alim dan Tawadhu Penggerak Ekonomi Dayah

0

Lamno – Masyarakat Aceh kembali dikejutkan dengan kepergian dua ulama kharismatik dan tauladan umat pada hari yang sama. Kepergian ulama kharismatik satu persatu telah meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh.

Pimpinan Pondok Pesantren Budi Mesja Lamno, Aba H Asnawi bin Tgk Ramli, atau yang lebih dikenal Aba Asnawi Lamno wafat pada Kamis pagi (13/2/2025) pukul 10.00 WIB.
Ulama kharismatik ini wafat dalam usia 77 tahun.

Dikenal sebagai sosok ulama tawadhu’ dan kasih sayang, beliau memiliki ilmu yang dalam dan telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah.

Ribuan santri serta masyarakat yang pernah mendapat bimbingannya merasakan kehilangan yang amat besar.

Aba Asnawi adalah ulama yang berasal dari Mukhan Lamno, murid dari Abu Ibrahim Ishaq Lamno dan pelanjut estafet kepemimpinan Dayah Budi Lamno.

Bagi masyarakat Aceh Barat dan Aceh Jaya khususnya, tentu Aba Asnawi Ramli merupakan ulama dan panutan mereka yang tidak asing lagi.

Aba Asnawi Ramli lahir dari keluarga yang menjaga agama dan tradisi adat istiadat. Karena ayahnya Teungku Ramli selain sebagai teungku, juga seorang pemuka adat yang meneruskan tradisi endatu mereka yang masih keturunan Potemeureuhom Raja Kerajaan Daya.

Mengawali masa belajarnya, Aba Asnawi pernah mengecap pendidikan di SR Sekolah Rakyat hingga tamat. Selain belajar di sekolah, beliau malamnya diajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman seperti Ilmu Tajwid, Tauhid, Fikih, Akhlak dengan menggunakan kitab kitab jawoe, belajar langsung dari ayahnya yang juga seorang teungku di gampongnya.

Setelah memiliki bekal ilmu yang memadai, pada tahun 1962 dalam usia 14 tahun, mulailah Aba Asnawi belajar kepada beberapa ulama yang ada di wilayahnya.

Dayah yang pertama beliau tuju dan memperdalam kajian keilmuannya ialah Dayah Bustanul Aidarusiyah yang didirikan oleh Teungku Syekh Haji Aidarus bin Teungku Haji Sulaiman atau yang dikenal dengan Abu Sabang Lamno.

Abu Sabang Lamno merupakan ulama lulusan Mekkah dan pernah belajar Kitab-kitab besar kepada seorang ulama pejuang dari Aceh Besar yaitu Teungku Chik Ahmad Buengcala rekan seperjuangan Teungku Chik Di Tiro. Abu Sabang Lamno wafat pada tahun 1953, dan secara pasti Aba Asnawi tidak berjumpa dengan Abu Sabang Lamno, namun beliau pernah belajar selama dua tahun kepada murid-murid senior Abu Sabang Lamno yang juga para ulama yang dikenal di Lamno seperti Abu Haji Salim Mahmudi yang lahir tahun 1922 dan Abu Muhammad Darimi atau Abu Nyakmi yang lahir tahun 1936.

Karena setelah wafatnya Abu Sabang Lamno, estafet Pimpinan Dayah Bustanul Aidarusiyah dilanjutkan oleh murid dan sekaligus keponakan beliau yaitu Abu Muhammad Darimi.

Setelah dua tahun belajar di Bustanul Aidarusiyah, pada tahun 1964 Aba Asnawi merantau dan belajar di Dayah Mudi Mesra Samalanga yang ketika itu dipimpin oleh Abu Abdul Aziz Samalanga atau yang dikenal dengan Abon Samalanga.

Selain belajar kepada murid-murid senior Abon seperti Abu Lhoknibong, Abu Kuta Krueng, Abon Mukhtar A. Wahab.

Aba Asnawi juga sempat belajar langsung kepada Abon Samalanga sang ulama yang ketika itu memilih mengajar lokal santri tsanawiyah, selain lokal khusus yang diajarkan Abon yaitu lokal dewan guru Mudi Mesra.

Aba Asnawi belajar di Mudi Mesra selama lebih kurang empat tahun, dengan segenap kesungguhan telah mengantarkan beliau menjadi seorang teungku muda yang telah memiliki bekal ilmu yang cukup untuk mengajar.

Pada tahun 1968 beliau pulang ke kampung halamannya Lamno, dan meneruskan belajar kepada guru besarnya Abu Ibrahim Ishaq Lamno yang baru mendirikan Dayah Budi Lamno sepulangnya dari menuntut ilmu di Padang kepada Syekh Zakaria Labaisati Malalo.

Sebelumnya Abu Ibrahim Ishaq juga belajar pada Syekh Abdul Aziz atau Abon Samalanga. Namun secara pasti Aba Asnawi tidak berjumpa Abu Ibrahim Ishaq Lamno di Samalanga, karena saat Aba Asnawi tiba di Mudi Samalanga, Abu Ibrahim Ishaq sudah berangkat ke Malalo Padang.

Tapi nama besar Abu Ibrahim Ishaq sebagai orang yang matang dalam dayah tentu sering beliau dengarkan. Barulah pada tahun 1968 beliau langsung berguru kepada Abu Ibrahim Ishaq tersebut.

Selain belajar kitab-kitab besar kepada Abu Ibrahim Ishaq Lamno, Aba Asnawi juga sudah mulai diberikan kepercayaan untuk mengajar beberapa kelas seperti kelas dua dan kelas empat.

Padahal waktu itu sudah banyak santri-santri senior lain yang belajar kepada Abu Ibrahim Ishaq. Bahkan Abu Mukhtar A Wahab atau dikenal Abon Darussalamah juga belajar lama kepada Abu Ibrahim Ishaq Lamno.

Di antara murid Aba Asnawi pada awal-awal beliau mengajar di Lamno adalah ulama Aceh Besar Abu Athaillah Ishaq Ulee Titi.

Karena kesungguhan dan komitmen yang tinggi yang dimiliki Aba Asnawi, beliau mendapat kepercayaan yang penuh dari Abu Ibrahim Ishaq Lamno.

Aba Asnawi pernah didaulat sebagai Ketua Umum Santri dan pemegang perekonomian dayah dengan tugas menjaga dan mengelola aset koperasi dayah yang jumlahnya banyak.

Dalam diri Aba Asnawi mengalir darah dagang dan berdikari, sehingga dari sisi prinsip, beliau sama dengan gurunya Abu Ibrahim Ishaq Lamno.

Dayah Budi dari mulai berdirinya hingga sekarang dikenal dengan dayah yang memiliki banyak aset dan usaha, sehingga mereka mampu memberikan insentif kepada para guru yang mengajar, tidak besar memang, namun itulah bentuk usaha maksimal yang telah mereka lakukan.

Dan Aba Asnawi sendiri melakukan berbagai gebrakan perbaikan ekonomi untuk dayah tersebut.

Selain lihai dalam dagang, Aba Asnawi juga ulama yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan.

Beliau secara rutin setiap Rabu pagi mengajarkan kitab-kitab besar untuk para teungku dan ulama dalam kawasan Lamno. Bahkan yang hadir bukan hanya dari kalangan teungku muda, gurunya sendiri Abu Salim Mahmudi dan Abu Muhammad Darimi juga secara rutin mengikuti pengajian beliau.

Hal ini tentu mengajarkan banyak hal kealiman Aba Asnawi dan tawadhu’ yang melekat dari dua gurunya yang kharismatik Abu Salem dan Abu Nyakmi tersebut. Dan kedua gurunya itu sekarang sudah wafat.

Selain sebagai ulama dan panutan masyarakat, Aba Asnawi juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi keummatan dan keulamaan.

Beliau adalah salah satu anggota MPU Provinsi, sesepuh ulama Aceh Barat. Aba Asnawi juga ulama yang dikenal rendah hati, mendalam ilmunya dan sarat dengan pengabdian yang tulus.

Kepemimpinan beliau di Dayah besar Budi Lamno merupakan tanggung jawab dan amanah yang beliau emban melanjutkan estafet Abu Ibrahim Budi.

Beliau telah sungguh-sungguh merawat dan mengembangkan dayah tersebut.

Kini Aba Asnawi sudah wafat. Beliau meninggalkan semangat untuk terus mencerdaskan ummat. Beliau meninggalkan para murid-muridnya alumni Dayah Budi Lamno yang secara rutin terus mengajarkan ilmu.

Banyak para teungku dan murid-muridnya yang sudah tampil dan menjadi tokoh-tokoh publik. Beliau tetaplah dikenang sebagai ulama, guru dan pengawal agama.

Ditulis oleh:
Dr Tgk Nurkhalis Mukhtar

Dikutip dari: https://infoaceh.net

Abi Muhammad Hafiz Kembali Pimpin PCNU Aceh Besar

0

 

Sumber foto: BERITAMERDEKA

Aceh Besar – Abi Muhammad Hafiz, SE., kembali terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Aceh Besar masa khidmat 2025-2030. Keputusan ini ditetapkan melalu Sidang Pleno Konferensi Cabang (Konfercab) XIII yang dipimpin Tgk Asnawi M. Amin dan Tgk Al Munzir, MSi, di Dayah Ruhul Falah, Samahani, Aceh Besar, Sabtu, 15 Februari 2025.

Abi Muhammad Hafiz mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Majelis Wakil Cabang (MWC) NU di Kabupaten Aceh Besar. “Saya akan menjalankan amanah ini dengan penuh tanggung jawab dan mengacu pada ketentuan organisasi,” jelasnya dalam sambutan pasca terpilih.

Abi Muhammad Hafiz berterima kasih pada pengurus sebelumnya yang telah berkhidmat untuk umat dan NU. Pasca terpilih, nanti akan dibentuk kepengurusan baru supaya kiprah NU makin nyata bagi masyarakat.

“Mohon maaf bila tidak semua terkafer dalam kepengurusan baru PCNU Aceh Besar, karena jumlah MWC cukup banyak dan tidak mungkin semua dilibatkan. Tapi di level kecamatan para pengurus MWC NU dapat terus bergerak untuk berkhidmat” kata Abi Muhammad Hafiz.

Ketua sidang pleno sekaligus Sekretaris PWNU Aceh, Tgk Asnawi mengatakan PCNU Aceh Besar sudah terpilih Ketua Tanfidziyah dan Rais Syuriah. Keduanya tidak akan sanggup mengakomodir semua untuk menyusun kepengurusan baru, maka perlu dibantu oleh formatur, yang diketuai oleh Tgk. Rusydi, S.Sos.

Sementara Ketua Panitia, Tgk. Khasanda mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak hingga Konfercab XIII PCNU Aceh Besar berjalan kondusif.

“Kehadiran MWC menjadi bagian penting demi suksesnya pemilihan ketua baru,” tutupnya didampingi Ketua SC Konfercab XIII PCNU Aceh Besar.

Pada Konfercab ini, kata Khasanda, juga terpilih Rais Syuriah baru PCNU Aceh Besar masa khidmat 2025-2030, Tgk Rusydi SSos.[]