Sukses dalam mewujudkan Merdeka Belajar di Era Transformasi Digital tidaklah mudah. Terlebih pendidikan Indonesia perlu didorong untuk mencetak Generasi Emas. Dalam kuliah umum yang diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama Aceh (STISNU Aceh), Bapak Rizqon Halal Syah Aji, Ph.D., Dosen Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta sekaligus Tokoh di Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT-PBNU), menyampaikan ceramah mengenai “Transformasi Digitalisasi dan Peningkatan Kualitas Mahasiswa Menuju 5.0”.
Kuliah umum ini diselenggarakan pada Senin 20 November, dan diikuti oleh ratusan dosen dan mahasiswa sebagai peserta.
Dalam ceramahnya, Bapak Rizqon menjelaskan mengapa transformasi digital di dunia pendidikan menjadi suatu keharusan. Pada pertanyaan mengapa harus Era 5.0, beliau menyoroti manfaat utama digitalisasi kampus, yang pertama adalah aksesibilitas mudah bagi mahasiswa. Sistem e-learning dan ruang belajar online memungkinkan mahasiswa mengakses materi kapanpun dan dimanapun, memudahkan proses pembelajaran, terutama dalam situasi pandemi.
“Jadi kenapa Transformasi Digital? Mengapa Harus Era 5.0? Karena Manfaatnya jelas, untuk kita meraih berkah dan maslahat yang luas. Digitalisasi Kampus sudah pasti akan Meningkatkan Efisiensi dan Kreativitas Mahasiswa,” ungkap Rizqon yang juga Wakil Ketua Simposium Digitalisasi Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama.
Digitalisasi kampus juga menurut Rizqon membawa kemudahan dalam penerimaan mahasiswa baru dan pembayaran online. Proses seleksi dapat dilakukan secara cepat dan akurat, sementara mahasiswa mendapatkan pengumuman kelulusan dengan cepat. Pengelolaan data akademik dan non-akademik yang terintegrasi, serta permohonan administrasi yang efektif, menjadi langkah maju dalam mendukung efisiensi administratif.
Pentingnya update informasi secepat kilat juga dibahas, di mana pengumuman beasiswa dan kesempatan magang dapat disampaikan kepada mahasiswa melalui digitalisasi kampus. Hal ini tidak hanya mempersingkat waktu, tetapi juga meminimalkan penggunaan kertas dan beban pengajar.
Bapak Rizqon juga membahas pertukaran mahasiswa sebagai bagian dari belajar merdeka di era digital. Mahasiswa memiliki hak untuk merdeka belajar di luar program studi, dan universitas memiliki kewajiban untuk memfasilitasi hal ini dengan menyusun kebijakan, membuat dokumen kerjasama, dan menyediakan fasilitas.
“Oleh karena itu digitalisasi memberikan kita kesempatan yang luas. Bisa Pertukaran Mahasiswa, Merdeka Belajar di Luar Program Studi Kualitas, sampai meningkatkan Kualitas Angkatan Kerja bangsa ini,” lanjut Rizqon.
Dalam penutup, Bapak Rizqon menekankan bahwa kualitas sistem pendidikan suatu negara adalah penentu utama kualitas angkatan kerja. Transformasi digital menjadi kunci untuk mencetak generasi emas yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Dengan implementasi digitalisasi kampus, tidak hanya efisiensi administratif yang tercapai, tetapi juga kreativitas mahasiswa yang dapat ditingkatkan.
Selain itu, pemikiran terbuka terhadap pertukaran mahasiswa di luar program studi menciptakan ruang bagi mahasiswa untuk merdeka belajar secara lebih luas. “Digitalisasi kampus bukan hanya sebuah transformasi, tetapi suatu evolusi menuju pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman!,” tegas Rizqon.
Senada, Dr. Fakhrul Rijal, MA selaku Wakil Ketua 1 STISNU Aceh juga terus mendorong civitas akademika di kampusnya dan di Aceh secara luas, untuk terus memanfaatkan berbagai peluang dari digitalisasi. Ia berharap dengan kegiatan ini kita harapkan kepada seluruh civitas akademika STISNU Aceh agar terciptanya suatu kurikulum dan lingkungan pendidikan yang fleksibel terhadap disrupsi teknologi, penerapan otomatisasi, artificial intelegent, big data, internet of think dan lain sebagainya. “Dengan memanfaatkan digitalisasi, akan menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan revolusi industri 5.0 dari STISNU Aceh!,” pungkas Fakhrul Rijal