spot_img

Abu Kuta Krueng, Sosok Ulama Tasawuf Aceh yang Diharapkan Doanya

Ulee Glee – Aceh berduka atas kepergian seorang ulama besar Abu Kuta Krueng, atau yang memiliki nama asli Tgk. H. Usman bin Ali.

Ulama kharismatik ini wafat pada Kamis, 13 Februari 2025, di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, setelah menjalani perawatan intensif.

Kepergian Abu Kuta Krueng dalam usia 88 tahun meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh.

Dikenal sebagai sosok penuh kebijaksanaan dan kasih sayang, beliau telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah.

Ribuan santri serta masyarakat yang pernah mendapat bimbingannya merasakan kehilangan yang amat besar.

Abu Kuta Krueng adalah ulama besar Aceh yang dihormati dan diharapkan doanya. Beliau lahir di Kuta Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 1937.

Masyarakat Aceh lebih mengenal beliau dengan sebutan Abu Kuta Krueng daripada nama aslinya Teungku Haji Usman Kuta Krueng. Hal ini merupakan lumrah bagi para ulama, yang biasanya dinisbahkan ke tempat tinggal mereka seperti Abu Tanoh Mirah, Abu Ujong Rimba, Abon Samalanga.

Mengawali masa belajarnya Abu Kuta Krueng mengenyam pendidikan sekolah SRI di Kuta Krueng. Setelah menyelesaikan SRI Abu Kuta Krueng melanjutkan ke jenjang berikutnya Sekolah Menengah Islam atau SMI.

Disebutkan pada kedua sekolah SRI dan SMI Abu Kuta Krueng telah mulai memahami dan mendalami ilmu-ilmu keislaman.

Setelah menyelesaikan dua pendidikan tersebut, Abu Kuta Krueng mulai belajar ke salah satu dayah yang ada di Desa Kuta Krueng kepada Teungku Haji Abdullah Kuta Krueng di Dayah Muta’alimin dalam beberapa tahun, kemudian beliau melanjutkan belajar di Dayah Bustanul Ma’arif kepada Teungku Muhammad Amin yang merupakan keturunan dari Teungku Chik Di Ribee.

Setelah memiliki ilmu memadai, Abu Kuta Krueng melanjutkan kajian tingginya di Dayah MUDI MESRA Samalanga pada tahun 1956 yang saat itu masih dipimpin oleh ulama Samalanga Teungku Haji Hanafiyah Abbas. Setelah Abi Hanafiyah Abbas Dayah MUDI MESRA Samalanga kemudian dipimpin oleh menantunya yang baru pulang belajar dari Dayah Darussalam Labuhan Haji yaitu Teungku Abdul Aziz bin Teungku M. Shaleh yang dikenal dengan sebutan Abon Samalanga.

Terhitung selama delapan tahun Abu Kuta Krueng menetap belajar dan mengajar di Samalanga.

Di antara guru yang mengajar Abu Kuta Krueng di Samalanga selain Abon Samalanga adalah Abu Kasim TB. Sedangkan para ulama seperti Abu Lamkawe, Abu Panton, dan para ulama lainnya adalah murid dari Abu Kuta Krueng.

Abu Kuta Krueng sejak di dayah telah dikenal dengan keshalihan dan kepatuhannya kepada guru. Sehingga berbagai keberkahan yang diperoleh dalam kehidupan beliau merupakan hasil dari keta’zhimannya kepada guru-gurunya.

Setelah menyelesaikan masa pendidikan di Dayah MUDI MESRA Samalanga, maka pulanglah Abu Kuta Krueng ke kampung halamannya, dan membangun sebuah lembaga dayah yang dikenal oleh masyarakat dengan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng yang sampai hari ini telah memiliki banyak lulusan yang telah mengembangkan keilmuan di berbagai tempat.

Selain sebagai ulama yang memimpin dayah, beliau juga sebagai pemimpin masyarakat yang diharapkan doanya, karena keshalihan yang melekat pada dirinya.

Selain itu beliau juga seorang ulama yang dituakan di Aceh, selain Abu Tumin Blang Blahdeh yang lebih tua dari beliau, bahkan di MPU Aceh Abu Kuta Krueng pernah menduduki formasi sebagai majelis syuyukh bersama para ulama lainnya seperti Almarhum Abu Tumin Blang Blahdeh, al Marhum Abon Kota Fajar, Abu Mustafa Habli Meulaboh, Abu Muhammad Amin Keumala dan Abu Paya Pasi.

Sebagai seorang ulama kharismatik, maka setiap nasihat yang disampaikannya kepada masyarakat tentu sangat bermakna dan dinantikan.

Karena nasihat yang berasal dari seorang ulama sufi tentu lebih bermakna dan terasa.

Dalam kesehariannya Abu Kuta Krueng adalah ulama yang lebih banyak diam dan termasuk irit dalam berbicara.

Namun demikian beliau senantiasa mengayomi masyarakat Aceh dengan doa dan petuah-petuah bijaknya yang akan menjadi pelajaran bagi orang yang mendengarkannya.

Beliau dan Abu Tumin merupakan ulama Aceh yang dituakan. Bila Abu Tumin dikenal dengan pandangan keagamaan dan keilmuannya, maka Abu Kuta Krueng dikenal dengan berkah dan doa-doanya yang memberi banyak pelajaran.

Ditulis oleh:
Dr Nurkhalis Mukhtar

Sumber: https://infoaceh.net

Minggu Ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Terkini

spot_img
spot_img

Minggu Ini