spot_img

Ulama dan Tokoh Masyarakat Pidie Peusijuek Kakanwil Kemenag Aceh

0
PIDIE I NUA– Dr. Iqbal Muhammad, M. Ag yang baru saja dilantik menjadi Kakanwil Kemenag Aceh oleh Menteri Agama RI Fachrul Razi sekitar dua pecan yang lalu, putra kelahiran Pidie dari pasangan Tgk H Muhammad Arief (alm) dan Hj Cek Rahmah Hasan ini di peusijuek oleh ulama dan tokoh masyarakat Pidie di Dayah Nurul Huda Caleu, Pidie, Sabtu, (25/7/2020).

Acara peusijuek tersebut yang dilakukan oleh Ketua MPU Pidie Tgk. H, Ismi A. Jalil merupakan sebagai bentuk doa keberkahan dan saweu gampong semoga amanah yang di emban putra dari mantan Gubernur GAM itu dapat di laksanakan dengan sepatutnya.

Prosesi acara berlangsung meriah dan pantauan dilapangan para undangan dan masyarakat yang hadir terdiri dari dari berbagai elemen bahkan tamu dari luar daerah juga turut hadir di dayah yang di pimpin Tgk. Muhammad Amin, MA atau akrab disapa Abi Caleu itu.

 

Sementara itu, sebagaimana diutarakan Dr Iqbal, MA  seusai dilantik sebagai Kakanwil Kemenag Aceh, dirinya akan fokus pada peningkatan dan pembenahan administrasi, peningkatan layanan haji dan kualitas pendidikan madrasah, pembinaan keagamaan dan kerukunan umat beragama di Aceh, serta peningkatan layanan di bidang haji, zakat, dan wakaf.

“Kita ingin lakukan ini karena sesuai dengan visi Menteri Agama untuk mewujudkan masyarakat Aceh yang islami dan berakhlakul karimah,” katanya. “Kita juga akan melakukan verifikasi dan pengecekan terhadap informasi yang menyebutkan ada KUA (kantor urusan agama) kecamatan yang kosong pada saat jam kerja,” timpalnya putra kelaLahir: Glp. Bungkok (Pidie) 31 Desember 1970 itu.

Selanjutnya, Iqbal juga berjanji akan memberantas dugaan pungutan liar (pungli) yang masih terjadi di beberapa KUA. Namun, sambungnya, sebelum mengambil sikap tersebut, pihaknya akan melakukan cross ceck ke lapangan terlebih dulu.

Sosok yang pernah yang menjadi pengurus NU Aceh dan doktor lulusan UIN Ar-Raniry Ini sebelum menjadi Kaka Kemenag Aceh telah menjabat berbagai jabatan dan Kepala Kemenag di berbagai Kabupaten di Aceh yaitu:

1.      Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Pidie Jaya (2013 – 2016)

2.      Kepala Sub.Bag Tata Usaha Kantor Kemenag Kota B. Aceh (2012 – 2013)

3.      Kepala Seksi Urais Kantor Kemenag Kota Banda Aceh (2008 – 2012)

4.      Kepala KUA Kec. Meuraxa Kota Banda Aceh (2003 – 2008)

5.      Pegawai KUA Kec.Meuraxa Kota Banda Aceh (2001 – 2003)

6.      Kepala Urusan Umum Kandep. Agama Kota Sabang (1998 – 2001)

7.      Pegawai Seksi Urais Kandep. Agama Kota Sabang (1997 – 1998)

8.      Pegawai KUA Kec. Sukajaya Kota Sabang (1996 – 1997)

Harlah NU Online Ke-17, Ini Harapan PC NU Pijay dan PC GP Ansor Pijay

0

NUACEH.COM I PIDIE JAYA– Media NU Online sebagai situs resmi Nahdlatul Ulama kini telah berusia 17 tahun pada Sabtu, (11/7/2020). Sejumlah tokoh dan pengurus NU dan badan otonomnya turut memberikan ucapan dan harapan bagi eksistensi website yang lahir pada 11 Juli 2003 ini

Pengurus PC NU Pidie Jaya, Aceh berharap di milad ke-17 NU Online hendaknya menjadi sebagai media rujukan NU di nusantara dan dunia dan semoga senantiasa menghadirkan pencerahan dan menebarkan kedamaian.

“Alhamdulillah, Selamat berusia 17 tahun untuk NU Online. Semoga tetap dan teruslah mencerahkan untuk umat. Semoga Allah SWT senantiasa beri kekuatan. Tebarkanlah kedamaian kepada siapa pun, dimana pun, dan kapan pun,” kata Tgk. Zahari Abdullah, S. Ag selaku Sekretaris Tanfidhiah NU Pidie Jaya dalam releas resminya kepada media ini, Minggu, (12/7/2020).

Tgk. Zahari menambahkan situs NU Online memiliki misi utama diantaranya menyiarkan dan menegaskan ajaran Islam ahlus sunnah wal jamaah kepada masyarakat Indonesia. NU Online juga menyebarluaskan informasi terkait
program kerja ataupun kebijakan yang diambil PBNU kepada pengurus NU baik dalam negeri maupun luar negeri

“Kami selaku pengurus NU baik kultural dan struktural sangat bangga dengan keberadaan media NU Online manjadi kiblat dan murajaah di dunia maya. Kita mengetahui bahwa Sejak 11 Juli 2003 silam NU Online resmi mengudara dengan sejumlah visi tajamnya melihat perkembangan zaman yang bakal terjadi. Banyak kajian di dalamnya baik literasi teks, amaliyah ibadah, dan keadaban laku, maupun keilmuan dayah ( pesantren) yang diasuh oleh ulama NU hingga saat ini masih menjadi penangkal berita hoaks dan benteng moral generasi bangsa di era millenial ini,” lanjutnya yang juga mahasiswa Pascasarjana IAIN Lhokseumawe.

Selanjutnya Ketua Tanfdhiah NU Pidie Jaya Tgk. Ikhwani, MA berharap NU Online menjadi media rujukan yang mencerahkan bagi masyarakat dan umat.

“Kami menyampaikan selamat milad ke-17 NU Online, semoga menjadi media mencerahkan, dan terdepan dalam memberitakan dan memberi petunjuk kepada umat” ucapnya yang juga dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga itu.

Sementara itu Pengurus Cabang GP Ansor Pidie Jaya berharap NU Online di miladnya ke-17 menjadi media yang terus mengembangkan ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin dengan menyuguhkan sajian-sajian tulisan yang mudah dipahami dan disukai generasi millenial di NU Online.

“Selamat Harlah 17 Th NU Online maju berkembang menjadi rujukan utama pengembangan Islam Rahmatan lil ‘alamin di Nusantara. selama ini NU Online telah membuktikan diri menjadi media alternatif dan tidak saja menjadi sumber informasi tetapi telah menjadi benteng ideologi NU sekaligus counter pemikiran yang mewarnai dunia maya,” kata Tgk. Zaharullah, MA selaku Sekretaris PC GP Ansor Pijay di dampingi Ketua PC GP Ansor Pijay Tgk. Helmi Abu Bakar, M. Pd dalam releasnya kepada media ini.

Tgk. Zaharullah mengatakan dalam catatannya menyebutkan situs NU Online merupakan salah satu situs resmi yang ada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Selain menjadi media dakwah, situs ini juga sebagai media dalam melestarikan budaya Nahdlatul Ulama. Situs NU Online dirintis sejak tahun 2002 oleh Wakil sekretaris Jenderal PBNU H. Abdul Mun’im DZ, dan diresmikan pada tahun 2003.

” Sebagai warga Nahdhiyin, kita mengetahui bahwa sejak tanggal 11 Juli 2003 silam NU Online resmi mengudara dengan sejumlah visi tajamnya melihat perkembangan zaman yang bakal terjadi,” lanjutnya.

Dalam catatan media ini, NU Online terus melakukan perubahan, arah perkembangan dakwah di-titeni secara jernih oleh generasi awal NU Online bahwa transformasi teknologi memberi tantangan untuk mengokohkan misi keagamaan, kebangsaan, dan kemajuan peradaban melalui konten-konten otoritatif berbasis keilmuan pesantren di dunia maya di samping menyajikan kabar-kabar terkini.

NU telah sejak lama mentradisikan berbagai amaliyah keagamaan sebagai media perekat masyarakat, bangsa, dan negara. Ini artinya NU berupaya selalu responsif terhadap perkembangan sosial-masyarakat dengan basis nilai-nilai Islam moderat, ramah, berimbang, proporsional, menjunjung tinggi keadilan, menegakkan kebaikan dengan cara yang baik, dan mencegah kemunkaran dengan cara yang baik pula.

Ini Harapan PC GP Ansor Pidie Jaya Kepada Kakankemenag Aceh Baru

0

NUACEH.COM I PIDIE JAYA– Setelah melalui proses panjang atas kekosongan jabatan defenitif Kepala kantor Departemen Agama Aceh, akhirnya Dr. H. Iqbal, M. Ag menahkodai Kakankemenag Aceh yang baru dan dilantik di oleh Menteri Agama RI Fachrul Razi secara virtual, Jum’at, (11/7/2020)

Sebelumnya Menteri Agama RI, Jenderal (Purn) Fachrul Razi menunjuk Djulaidi Kasim MAg sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh awal tahun ini.

H.Iqbal sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Aceh Barat Daya. Sosok pria yang juga pernah menjabat Kepala Kantor Kemenag Pidie Jaya, Aceh Selatan itu lahir di Pidie, 31 Desember 1970 silam.

Sementara Sekertaris PC GP Ansor Pidie Jaya melalui nuaceh.com mengucapkan selamat atas terpilihnya Dr. H. Iqbal, M. Ag sebagai Kakankemenag Aceh dan berharap agar membenahi struktur organisasi supaya lebih efektif dan lebih baik.

“Ucapan selamat kepada Dr. H. Iqbal, M. Ag atas dilantiknya sebagai kepala kantor Depag Aceh oleh Menteri Agama RI Jenderal (Purn) Fachrul Razi, semoga bisa membawa lebih baik Depag Aceh meningkatkan kualitas SDM, membenahi kinerja dan strukturnya agar bisa berjalan efektif dan maksimal,” kata Tgk. Zaharullah, MA selaku Sekretaris PC GP Ansor Pijay dalam releas resmi kepada media ini, Minggu, (12/7/2020)

Selanjutnya, Tgk.Zaharullah yang juga dosen STIS Ummul Ayman Meureudu itu, apa yang pernah disampaikan pasca pelantikannya Kakanmenag Aceh akan fokus pada peningkatan dan pembenahan administrasi, peningkatan layanan haji, peningkatan kualitas pendidikan madrasah dan pembinaan keagamaan dan kerukunan umat beragama di Aceh bisa terwujud.

“Semoga Nahkoda baru mampu membawa reformasi dan aktualisasi visi dan misi Depag untuk Aceh yang bermartabat dan lebih baik,” pintanya.

Diskusi Virtual PMII : Haba Sahabat Muda

0

Banda Aceh – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) kota Banda Aceh menyelenggarakan kegiatan diskusi daring dengan judul ‘Haba Sahabat Muda’ yang bertema perspektif sahabat muda dimasa pandemi, Kamis (18/6/2020)

Kegiatan tersebut di moderatori langsung oleh sekretaris umum PC PMII kota Banda Aceh yaitu sahabat Raysoel dengan 4 narasumber yaitu Akmaluddin,SE yang akan menyampaikan materi dari sudut pandang enterpreneur, Rahmat S Handoko, S.Pd dari sudut pandang aktivis, Ikram Al Mubarak, SH (Imam Muda) dari sudut pandang kegamaan dan yang terakhir Supriadi S.sos dari sudut pandang politik.

Kegiatan yang berlangsung selama 55 menit ini juga dihadiri oleh Majelis Pembina Cabang PMII Kota Banda Aceh, Sahabat Zulfikar dan beliau juga turut memberikan tanggapan di sela-sela diskusi tersebut.

Ketua umum PC PMII kota Banda Aceh, Safina dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini untuk menambah ilmu atau wawasan, juga sebagai ajang silaturrahim virtual. Harapannya semoga akan ada diskusi-diskusi lain yang dapat mengundang narasumber baik tingkat daerah maupun nasional sehingga peserta yang berpartisipasi lebih banyak.

Diskusi ini juga diharapkan menjadi suatu pencerahan bagi sahabat muda dalam menghadapi masa pandemi ini.

Konsep Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyah

0

Oleh:
Alwy Akbar Al-Khalidi

Dalam bahasan teologi Ahlussunnah wal Jama’ah, pasti kita sudah tidak bisa dan tidak akan bisa melupakan nama besar Kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah, sebab semua itu merupakan representasi dari aqidah yang terkait dengan dunia masa depan. Asy’ariyah adalah pengikut Abu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari, yang kemudian berkembang menjadi salah satu aliran teologi yang penting dalam Islam, yang selanjutnya dikenal dengan aliran al-Asy’ariyah, nama yang dinisbahkan untuk Imam Abu Hasan al -Asy’ari sebagai dasar aliran dasar ini. Imam Abu al-Asy’ari lahir di Basrah pada tahun 260 H, dan wafat di Basrah juga pada tahun 324 H. dalam usia 64 tahun.

Lahirnya Aqidah Asy’ariyah merupakan jalan tengah (tawasuth) di antara kelompok-kelompok agama yang berkembang pada masa itu. Yaitu kelompok Jabariyah dan Qadariyah yang dikembangkan oleh Mu’tazilah. Dalam membicarakan tindakan manusia, saling saling berseberangan. Kelompok Jabariyah membahas tentang semua manusia yang memiliki peran apa pun, sedangkan kelompok Qadariyah tentang apa yang dilakukan manusia diciptakan oleh manusia itu sendiri dan terlepas dari Allah. Dengan demikian, bagi aliran Jabariyah kekuasaan Allah sesuai dan bagi Qadariyah kekuasaan Allah memiliki batas.
Sikap Tawasuth yang disahkan oleh Asy’ariyah adalah konsep al-kasb (upaya).Menurut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, perbuatan manusia diciptakan oleh Allah, namun manusia memiliki peran dalam semua perbuatannya. Kasb memiliki makna usaha dan keaktifan manusia yang bertanggung jawab atas perilakunya. Dengan konsep Kasb tersebut, aqidah Asy’ariyah membuat manusia selalu kreatif dalam kehidupannya, akan tetapi tidak menantang Tuhanlah yang menentukan semuanya. Dalam konteks kehidupan sekarang aqidah Asy’ariyah paling mudah diambil landasan memajukan bangsa. Dari pemecahan ekonomi, budaya, kebangsaan hingga pemecahan-pertikaian seperti HAM, kesehatan, gender, otonomi daerah dan sebagainya.

Sikap tasammuh (revisi) yang disetujui oleh Asy’ariyah adalah persetujuan dalam konsep wewenang Tuhan. Bagi Mu’tazilah, Tuhan wajib menerapkan keadilan dalam mengenakan-Nya. Tuhan wajib memasukkan orang baik ke surga dan memasukkan orang jahat ke dalam neraka. Hal ini ditolak oleh Asy’ariyah, alasannya harus dilakukan terhadap Tuhan, padahal Tuhan berkuasa, tidak ada yang bisa menyelamatkan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Meskipun dalam Al-Qur’an Allah berjanji akan memasukkan orang yang baik ke dalam surga , dan orang yang jahat dalam neraka. Namun semua keputusan tetap ada pada peraturan Allah, tidak ada hak cipta untuk membatasinya.
Paham Mu’tazilah menentukan posisi akal atas wahyu, sedangkan Asy’ariyah memutuskan paham wahyu atas akal. Sebagai moderasi yang membahas dalam paham Asy’ariyah, wahyu di atas akal, namun akal tetap digunakan dalam pemikiran wahyu. Jika akal tidak mampu menjawab wahyu, maka akal perlu menjawab dan mengambil wahyu. Karena kemampuan berpikir manusia itu terbatas. Oleh karena itu, tidak semua yang ada di dalam wahyu dapat diterjemahkan oleh akal yang telah diterjemahkan dan dipaksakan sesuai dengan pendapat akal.
Asy’ariyah tidak menentang rasionalitas mentah-mentah, rasional menghargai sebagai penerjemah dan penafsiran wahyu dalam persetujuan untuk menentukan langkah-langkah ke dalam pelaksanaan kehidupan manusia, yaitu bagaimana pesan-pesan wahyu dapat diterapkan oleh semua umat manusia. Inilah perwujudan dari pesan Al-Qur’an bahwa agama Islam itu adalah Rahmatan lil ‘Alamin. Namun perlu digaris bawahi, tidak perlu aspek-aspek rasionalitas yang tidak menyimpang dari wahyu, manusia harus memulihkan seluruh rasio kerja di bawah kendali wahyu.
Dengan demikian, Keistimewaan Imam Abu Hasan as-Asy’ari dalam menegakkan pahamnya karena mengutamakan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits dan juga dengan pertimbangan akal dan pikiran, tidak seperti halnya Mu’tazilah yang mendasarkan pikirannya kepada akal dan falsafah yang Diperoleh dari bahasa Yunani dalam pembahasan Ushuluddin dan tidak juga termasuk kaum Mujassimah, termasuk Aliran Wahabi di dalamnya yang menyeret Tuhan dengan menciptakan. Mereka (wahabi) memegang makna lahiriyah dari Al-Qur’an dan Hadits, sehingga sampai mengatakan bahwa Tuhan memiliki tangan, berwajah, dan yang paling parah mengatakan Tuhan duduk di atas ‘arsy. Sementara di akhir kalimat mereka mengatakan bahwa tangan, wajah dan duduk Allah berbeda dengan pakaian. Padahal sama saja, mereka (wahabi) sudah tergolong ke dalam paham Mujassimah, karena hakikat tangan, wajah dan duduk itu adalah sifat yang ada di pakaian-Nya. Na’uzubillah.
Alhamdulillah, Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dapat menegakkan paham yang kemudian dinamai Paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang kerap disingkat Aswaja dikalangan masyarakat Indonesia. Paham Asy’ariyah ini mengeluarkan yang telah disetujui oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabat beliau. Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyah merupakan benteng aqidah yang di anut umat muslim di seluruh dunia, semoga kita semua berhubungan dengan kelompok yang berpaham tasybih agar kita tidak terjerumus dalam kekufuran. Aamin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Wallahul muwaffiq ila Aqwamitthariq

Penulis adalah: Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kuta Alam Banda Aceh, Anggota PCNU Banda Aceh, Pengurus TASTAFI Banda Aceh, Anggota DPW BKPRMI Aceh, Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry.

Antara Wabah Corona dan Peran Alim Ulama

0

Oleh: Alwy Akbar Al-Khalidi

Virus Infeksi Corona atau Covid-19 resmi dinyatakan sebagai pandemi, status pandemi global Covid-19 virus berbahaya ini sudah menyebar ke sebagian besar wilayah dunia. Jumlah yang tertular dan korban meninggal terus bertambah selagi pengobatannya yang efektif belum ditemukan. Perkumpulan massa dalam jumlah besar telah dikeluarkan untuk menghindari proses penularan seperti sekolah, kampus, tempat hiburan, konferensi, dan termasuk di antara kegiatan ibadah seperti shalat Jumat di Masjid, Negara Islam Iran dan Malaysia telah memindahkan jumatan di masjid. Sebelumnya, Arab Saudi telah menghentikan umrah di Masjidil Haram, Sekolah dan kuliah khusus di Provinsi Aceh diliburkan hingga 31 Mei 2020, semuanya dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah penularan dan memutus mata rantai Covid-19.

Saat ini di Indonesia per 6 April 2020 jumlah pasien yang positif terinfeksi Virus Corona telah mencapai 2,491 orang, 209 di antara diterima dunia dan 192 pasien diterima pulih. Juru Bicara Pemerintah khusus penganangan Covid-19 Achmad Yurianto menyetujui ada penambahan 218 kasus versus kemarin. Sementara untuk Provinsi Aceh, ODP mencapai 1.239 orang, 5 orang setuju Positif setuju corona dan 2 orang pasien meninggal dunia. Virus ini mengeluarkan penyakit lepra dampak menular tetapi tingkat bahayanya jauh lebih besar karena dapat mematikan dalam waktu yang singkat. Kontak langsung antara penderita dengan orang lain.

Di Negeri Islam seperti Malaysia, Indonesia Palestina, Kuwait, Turki, Tajikistan, dan Iran rasa takut akan ditransmisikan Covid-19 melalui jamaah shalat di masjid dapat dilihat dari dikeluarkannya fatwa yang meniadakan sementara shalat Jum’at dalam beberapa waktu sampai normal kembali. Sebagai gantinya umat Islam di negara-negara tersebut diperintahkan untuk melakukan shalat Dzuhur di rumah masing-masing. Sementara di Provinsi Aceh, Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh atau MPU Aceh telah mengeluarkan Taushiyah MPU Aceh Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan ibadah dan kegiatan sosial keagamaan lainnya dalam kondisi darurat, kemudin langkah selanjutnya, Taushiyah MPU Aceh, pelaksanaan shalat berjamaah, mulai mencari pola fisik menjauhkan atau jarak fisik antar jamaah, Pelaksanaan shalat berjamaah dengan jarak fisik lebih dari satu meter itu mulai diterapkan saat shalat Dzuhur, Rabu (1/4/2020). Cara ini untuk menghindari penyebaran virus corona atau Covid-19 lebih luas.

Fatwa-fatwa Ulama dari berbagai Negara tersebut ditanggapi oleh beberapa pihak di kalangan umat Islam termasuk di Indoensia khusus Aceh. Mereka menyetujui tidak ada alasan untuk meniadakan shalat Jumat dan shalat berjama’ah karena itu adalah perintah Allah SWT, Mereka setuju ditiadakannya shalat Jumat dan jamaah shalat berjama’ah akibat virus Corona telah ditakuti oleh Penciptanya sebagaimana Allah SWT.

Sementara itu semua tidak masuk akal jika mereka para Ulama suka tudingan orang yang kontra fatwa tersebut. Ulama pasti sudah percaya masyarakat karena Khazanah keilmuannya sudah tidak diragukan lagi. Jika memang demikian, maka pertentangannya tidak pada para Ulama, tetapi atas mereka yang menentang fatwa atau taushiyah, Mereka sudah gagal paham terhadap fatwa, karena pada hakikatnya fatwa atau taushiyah dikeluarkan karena rasa takut mereka (ulama) kepada Allah karena Ulama mereka tidak bisa lepas dari tanggung jawab keummatan, sejatinya Mereka sadar betul akan bertanggung jawab di hadapan Allah untuk menjamin keselamatan jiwa umat yang dipimpinnya.

Mengenai Karantina diri / isolasi diri pada saat kondisi seperti ini, Rasulullah SAW juga telah menjelaskan bagaimana sikap kita sebagai Mukmin kompilasi sedang dilanda Wabah yang sangat berbahaya ini,

Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَاناا

“Jika kamu mendengar wabah lepra di suatu negeri, maka janganlah kamu masuki ke dalam negeri, namun jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di situ, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut” (HR. Al-Bukhari).

Wabah lepra dalam hadis ini merupakan contoh sebab di masa lalu, pada saat itu lepra adalah wabah yang populer dan dibutuhkan banyak korban. Sementara hukum karantina / isolasi itu berlaku untuk semua wabah, termasuk Wabah Corona saat ini. Demikian pula Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dia tanyakan tentang penyakit yang dapat menular dengan sendirinya tanpa kendali dari Allah, namun dalam waktu yang sama beliau juga menginstruksikan agar yang sakit tidak bercampur baur dengan yang sehat dapat ditimbulkan penularan.

Rasulullah bersabda:

قال أبو سلمة بن عبد الرحمن سمعت أبا هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لا توردوا الممرض على المصح

“Abu Salamah bin Abdurrahman berkata; saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat”
(HR. al-Bukhari).

Dengan demikian, sangat tidak tepat jika ada seorang Muslim yang meremehkan peredaran wabah atau sebaliknya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah di atas, misalnya dengan menampakkan sebagai pengganti yang menggantikan ketentuan wabah.
Tindakan ini pada hakikatnya bukan karena kecerobohan yang menyebabkan bahaya bagi orang lain. Segala tindakan yang mendatangkan potensi bahaya, secara tuntas tergolong sebagai tindakan haram, sesuai berdasarkan pada aqidah yang benar.

Jadi, untuk Ulama dan Umara dalam segala hal khusus pada saat ini kita semua yang berada dalam masa mencekam karena sedang dilanda Wabah Corona sama juga membahas kita taat pada petunjuk Rasulullah di atas, jangan pakai pengungkit pada Allah, ganti pakai wujud penglihatan agama apa baik dan ikhtiar yang nyata untuk melakukan baik pada sesame Hindarilah prilaku suul adab seperti mencaci maki, interaksi tipuan, ujaran kebencian, bahkan ada yang mempolitisir berita tertentu. Kita semua sangat cinta pada agama kita, tetapi kita juga diperintahkan dalam Al Quran untuk tidak menceburkan diri dalam kebinasaan. Wallahu A’lam

Wallahul muwafiq ila Aqwamitthariq

Penulis adalah Ketua MWC Nahdlatul Ulama Kuta Alam Banda Aceh dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Banda Aceh  serta juga menjabat Ketua Umum HMPS Hukum Keluarga UIN Ar-Raniry Banda Aceh